Ya, aku akui memang tidak menunjukkan perasaanku secara blak blakan, tapi aku juga tidak hanya berdiam diri. Aku mengorbankan begitu banyak hal, yang menurut teman teman ku, aku sudah seperti idiot yang rela membuang kesempatan berharga demi orang tak berperasaan --kata mereka-- sepertimu.
Saat babak final, aku seharusnya tidak berada di bangku penonton dan mendukungmu. Saat itu aku seharusnya ke luar kota untuk mengikuti lomba english debate di luar kota. Tapi, kau tau apa yang ku lakukan demi melihat mu bermain? Aku meninggalkan tanggung jawabku kepada sekolah, aku menangis kepada pembimbing ku. Bahkan, saat itu kau melihatnya. Saat aku memohon mohon kepada pembimbingku, mungkin kau tidak mengerti, karna kami berbicara dengan bahasa inggris karna pembimbingku berasal dari new jersey. Awalnya pembimbing ku melarang, karna tidak ada yang cukup siap untuk menggantikanku. Tapi aku terus memaksa dan hampir menangis sambil menjelaskan alasanku mundur. Akhirnya dia mengerti dan mengizinkanku mundur. Aku sungguh lega dan senang, karna aku tau malam itu akan menjadi malam terakhirku bisa menyemangatimu tanpa ketauan.
Saat kau akan Ujian sekolah, aku taruh minuman di dasbor motormu dan memberinya memo tanpa nama. Aku menunggu 3 jam panas panasan agar bisa melihat reaksimu. Aku hanya berharap kau tidak membuangnya dijalan, paling tidak baca memonya.
Good Luck ujiane mas. Semangat!
nimble
Begitulah kira kira isi memo ku.
18 Maret, seharusnya aku ke luar kota untuk menghadiri wisuda kakakku. Semua keluarga berkumpul, semua sudah menunggu kesempatan ini. Tapi apa, aku justru tidak ikut dengan alasan akan ada ulangan. Aku memilih di rumah sendiri selama 3 hari. Untuk apa? Agar aku tetap masuk sekolah, dan tidak kehilangan kesempatan bertemu denganmu yang semakin sedikit. Aku memang melihatmu selama 3 hari itu, tapi hanya sekedar itu.
Upacara terakhirmu, aku dipanggil maju untuk mengambil piagam untuk kemenangan ku dan tim ku dalam loma Karya Ilmiah. Aku sungguh senang, karna dengan begitu kau dapat melihat bahwa aku juga tidak bodoh. Aku ingin menunjukkan padamu, bahwa aku juga bisa. Aku tidak seperti yang kau pikir.
Setelah semua ini, bukan berarti aku tidak iklas atau menyesal. Tidak, aku sama sekali tidak menyesal. Aku bahagia bisa berbuat sesuatu, untuk persaan ini. Bahkan saat kau menutup mata dan hatimu.
kucing